What Happen With Me πŸ˜±

Karena seseorang.. saya kembali menjadi diri saya yang lama. Saya tidak tahu harus bersikap seperti apa. Di dalam hati saya benar-benar tidak bisa menerima kenyataan bahwa saya harus kembali ke masa itu. Ini sudah sekian lama berlalu, bahkan untuknya juga. Saya tidak bisa percaya. Saya sudah berubah. Saya bukan orang yang sama. Saya hanya memberi kesempatan. Jika masih mengarah ke hal yang sama.. saya harus bisa jadi lebih dewasa darinya.

Saya mungkin terkesan sombong dan bodoh. Yang saya bahas kali ini benar-benar tidak akan beraturan seperti yang biasanya. Saya benci diri saya yang kacau. Saya benci dikacaukan seperti ini. Saya benci!!!


Attention!! Mulai gak nyambung!! πŸ˜

Untuk urusan berbincang-bincang, saya lebih prefer bersama dengan stranger / orang yang saya tidak kenal. Kenapa? Karena jika bertanya tentang suatu pendapat, maka akan dengan mudah kita mendapatkan yang objektif dari beberapa orang sekaligus. Jika dengan orang terdekat terkadang terlalu bawa perasaan sehingga tidak bisa objektif murni. Terkadang subjektif dan justru egois.

Mungkin karena saya juga yang terlalu banyak berpikir. Sehingga hal yang terlihat mudah justru terlihat seperti rumus matematika yang dicampur dengan rumus kimia dan fisika sekaligus — maaf atas kelebay.an saya malam ini. Kebayang pemikiran saya serumit apa? ya seperti itu tadi.

Atau mungkin juga karena perempuan melibatkan perasaan dalam setiap mengambil keputusan. Sehingga membuatnya lebih lama mengambil keputusan meningbang dari perasaan. Saya orang yang suka membandingkan setiap objek yang saya temui. Entah dari karakter, keunikan, dan yang khas lainnya. Semua menurut saya sangat menarik dan membuat saya jadi sulit untuk memilih. Jangankan memilih hal yang berbeda. Memilih hal yang sama sekalipun terkadang masih pikir panjang.

Contohnya saja saat saya akan membeli marchandise/goodies. Saya telah memutuskan akan membelinya. Tapi tentu saja barang yang didagangkan tidak hanya ada satu di box tersebut. Biasanya dalam box dagangan minimal ada 15-20 barang yang dipajang. Nah… dari situ saja saya masih bingung memutuskan memilih barang antara 1-20 dari yang dipajang tersebut. Padahal barangnya saja sama.

Saya sadar saya begitu rumit dalam memutuskan untuk kepentingan diri saya sendiri. Tapi jika ditanya saran oleh orang lain, saya akan lebih mudah menjawabnya. Karena menurut saya lebih mudah untuk menjawab daripada membuat pertanyaan.

πŸ”₯πŸ”₯πŸ”₯


Ganti topik lagi!! πŸ˜‚

Bahasa keseharian saya. Saya domisili sekarang di Malang. Kental sekali dengan bahasa jawa. Meskipun saya bukan pengguna bahasa jawa kromo. Tapi untuk bahasa malangan saya sudah “cukup” paham. 4 tahun di kota ini, cukup menyenangkan. Pada dasarnya, di kota ini banyak sekali pendatang. Yah, tidak heran karena ada begitu banyak Perguruan Tinggi di kota ini dan tentu saja para pendatang yang berminat untuk kuliah di salah satu Perguruan Tinggi tidak sedikit.

Selain bahasa jawa, bahasa indonesia, saya juga terkadang menggunkana bahasa yang saya pelajari di perguruan tinggi sebagai salah satu jurusan yang saya pilih. Bahasa Jepang.. dan itu pun semampu saya. Tidak muluk-muluk, saya masih kelas kacangan. Banyak yang lebih mahir dibanding saya.

Untuk bahasa asing, saya sebenarnya lebih prefer menggunakan bahasa inggris saat berbincang dengan orang asing. Hmm.. padahal waktu sekolah, nilai bahasa inggris saya selalu merah — masa lalu. Saya bukannya tidak suka bahasa inggris semasa sekolah, saya sebenarnya sangat antusias, hanya entah saya saja yang kurang paham dengan materi-materi grammar. Aaaaakh!! Parah banget dah.

Tapi saya sadar, dengan tugas dari seorang guru yang menyuruh kami (anak kelas 3 kalau saya tidak salah ingat) untuk men.translate semua jenis text yang ada di buku latihan bahasa inggris, saya merasa lebih memahami bahwa bahasa inggris itu ternyata menyenangkan — Maso amat. Kebayang isi text di buku bahasa inggris tidak hanya 10-20 buah. Tapi ada ratusan text. Mulai dari yang paling pendek seperempat halaman hingga yang paling panjang ada beberapa halaman. Sesaaaaak!! — Berhubung maso ya dinikmati aja.

✏✏✏


Dan lagiiiii~ πŸ˜’πŸ˜…

Saya memiliki teman dunia maya. Rata-rata yang akrab merupakan orang asing. Kebanyakan menggunakan bahasa ingris. Pernah suatu ketika, saya berbincang dengan seseorang yang masih satu wilayah Indonesia. Saya menyapanya menggunakan bahasa Ingris hanya untuk mengetes dia saja. Eh dianya marah. Katanya prefer bahasa Indonesia. Saya pun akhirnya menggunakan bahasa Indonesia. Namun saya tetap menanyakan akan bahasa Ingris yang dia pelajari di sekolah. Sebenarnya dia sudah kuliah, waktu itu dia masih semester 1, teman dari adik sepupu saya. Lagi-lagi dia marah. Katanya saya orangnya ketinggian. Dia bilang “gak semua orang bisa bahasa inggris, kita di Indonesia, jadi pake bahasa Indonesia saja.” Saya bahkan lebih ragu kalau dia prefer menggunakan bahasa Indonesia di kesehariannya. Saya pikir dia juga menggunakan bahasa daerahnya. Lalu apa salahnya menggunakan Bahasa Inggris yang bahkan sudah dipelajari dari SD hingga SMA. 10 tahun belajar bahasa Inggris di sekolah, lalu kemana ilmunya itu?

Saya belajar bahasa jepang juga belum tentu menggunakan bahasa jepang setiap hari di keseharian saya. Saya tidak mengatakan saya tidak bisa, hanya kurang fasih, dan itu juga masih diusahakan untuk bisa lebih fasih lagi. Pemikiran orang tersebut mungkin terlalu sempit. Bagaimana jika ada orang asing yang datang pada kita namun kita tidak bisa menggunakan bahasa asing minimal bahasa inggris? Jangankan berbincang bahasa inggris dengan orang asing, sedaerah saja tidak mau mencoba. -_- ah sudahlah~

🍁🍁🍁


and again and again and again!!! πŸ’’πŸ’£

Ditemani lagu-lagu sendu malam ini. 12 lagu dalam list dan itu itu aja yang diputer. Bosen? jawabannya.. ENGGAK SAMA SEKALI. Kok emosi sih? enggak juga kok. Iya sih, dikit. why why why why why?? aduh.. generasi Y mulai muncul ini. Hmm.. setelah sekian lama gak galau, kok mendadak jagi super gualau abis pake plus banget ngets~ — hiraukan! Maafkan saya. πŸ˜…

Wahai seseorang di masa laluku. Mengapa engkau muncul membawa “pernyataan” itu? Mengapa engkau bertanya hal itu di saat saya tidak berusaha untuk memunculkannya dalam pikiran saya?

Ada begitu banyak wanita di dunia ini. Bukannya tidak ingin menjadi orang yang terpilih. Tapi, ini bahkan terlalu cepat untuk hal itu. Sebenarnya, jelek-jelek begini, entah berapa orang yang mengatakan suka pada saya. Saya ini jelek seperti di foto saya. Saya orangnya biasa saja. Punya uang banyak? enggak. Suka merias diri? enggak sama sekali. Suka something weird? saya sendiri yang weird. So, saya hanya orang yang sederhana sekali. Mungkin dari ini saya juga belajar cara membedakan orang yang tulus dengan orang yang hanya suka bermain-main. Mana yang dewasa dan mana yang kekanakan. Belajar dari pengalaman bukan hanya pengalaman saya seorang, tapi juga pengalaman orang lain.

Saya serba kekurangan dalam suatu hal, tapi saya tidak merasa ini menjadi kekurangan saya yang nyata. Saya mungkin juga masih kekanakan. Saya bukan yang terbaik. Tapi mereka yang  meniggalkan saya, saya yakin mereka juga “pernah” merasa menyesal. Pernah. Meski dengan berjalannya waktu terkadang saya bisa menerima keadaan.

Saya teringat sebuah istilah..

Wanita itu kuat. Tapi sekuat-kuatnya wanita, dia tetaplah wanita dan rasa sakit tetaplah menyakitkan. πŸ˜Ώ

Bukan karena dia adalah wanita yang kuat kau bisa melukainya atau menyakitinya. Bayangkan itu ibu kalian. Setega apa kalian menyakiti ibu kalian?

Dan wahai calon ibu, jagalah kehormatan mu selayak-layaknya.

Dan seseorang menanti jawaban atas semua hal ini… saya masih bingung harus menjawab apa.. saya tidak mau memikirkannya πŸ˜«

beri saya pentunjuk Ya Allah πŸ˜­

✨✨END✨✨

4 thoughts on “What Happen With Me πŸ˜±

Leave a comment